Langsung ke konten utama

YUK SHOLAT BERJAMA'AH : ADA 7 KEUTAMAAN YANG KITA DAPAT

Shalat Fardhu Secara Berjamaah bukan saja penting, tetapi lebih merupakaan suatu keutamaan yang luar biasa bahkan besar pahala sekaligus manfaat serta keberkahan yang Allah langsung menggaransi bagi para pelakunya.
Yuk langsung aja kita baca dan perhatikan dengan seksama.
1. Allah SWT akan melipatgandakan pahala bagi mereka yang melaksanakan sholat secara berjama’ah
Rosulullah sholallahu Alaihi Wassalam bersabda :
صَلَاةُ الرَّجُلِ فِي الْجَمَاعَةِ تُضَعَّفُ عَلَى صَلَاتِهِ فِي بَيْتِهِ وَفِي سُوقِهِ خَمْسًا وَعِشْرِينَ ضِعْفًا وَذَلِكَ أَنَّهُ إِذَا تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوءَ ثُمَّ خَرَجَ إِلَى الْمَسْجِدِ لَا يُخْرِجُهُ إِلَّا الصَّلَاةُ لَمْ يَخْطُ خَطْوَةً إِلَّا رُفِعَتْ لَهُ بِهَا دَرَجَةٌ وَحُطَّ عَنْهُ بِهَا خَطِيئَةٌ فَإِذَا صَلَّى لَمْ تَزَلْ الْمَلَائِكَةُ تُصَلِّي عَلَيْهِ مَا دَامَ فِي مُصَلَّاهُ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ اللَّهُمَّ ارْحَمْهُ وَلَا يَزَالُ أَحَدُكُمْ فِي صَلَاةٍ مَا انْتَظَرَ الصَّلَاةَ
Artinya
Shalat seorang laki-laki dengan berjama’ah dibanding shalatnya di rumah atau di pasarnya lebih utama (dilipat gandakan) pahalanya dengan dua puluh lima kali lipat. Yang demikian itu karena bila dia berwudlu dengan menyempurnakan wudlunya lalu keluar dari rumahnya menuju masjid, dia tidak keluar kecuali untuk melaksanakan shalat berjama’ah, maka tidak ada satu langkahpun dari langkahnya kecuali akan ditinggikan satu derajat, dan akan dihapuskan satu kesalahannya. Apabila dia melaksanakan shalat, maka Malaikat akan turun untuk mendo’akannya selama dia masih berada di tempat shalatnya, ‘Ya Allah ampunilah dia. Ya Allah rahmatilah dia’. Dan seseorang dari kalian senantiasa dihitung dalam keadaan shalat selama dia menanti pelaksanaan shalat.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Dalam Hadist yang lain, Rasulullah Sholallahu Alaihi wassalam bersabda :
صلاة الجماعة أفضل من صلاة الفذ بسبع وعشرين درجة
Artinya “Shalat berjamaah lebih utama 27 derajat dibanding shalat sendirian.” (HR. Bukhari dan Muslim)
إِنَّ أَعْظَمَ النَّاسِ أَجْرًا فِي الصَّلَاةِ أَبْعَدُهُمْ إِلَيْهَا مَمْشًى فَأَبْعَدُهُمْ وَالَّذِي يَنْتَظِرُ الصَّلَاةَ حَتَّى يُصَلِّيَهَا مَعَ الْإِمَامِ أَعْظَمُ أَجْرًا مِنْ الَّذِي يُصَلِّيهَا ثُمَّ يَنَامُ
Artinya
Manusia paling besar pahalanya dalam shalat adalah yang paling jauh perjalannya, lalu yang selanjutnya. Dan seseorang yang menunggu shalat hingga melakukannya bersama imam, lebih besar pahalanya daripada yang melakukannya (sendirian) kemudian tidur.” (HR. Muslim)
من صلَّى العشاء في جماعة فكأنما قام نصف الليل ، ومَن صلّى الصبح في جماعة فكأنما قام الليل كله
Artinya
Barangsiapa shalat isya’ secara berjamaah maka seakan-akan dia melakukan shalat separuh malam. Barangsiapa shalat subuh berjamaah maka seakan-akan dia shalat seluruh malam.” (HR. Muslim)
2. Sholat berjama’ah dapat menghindarkan seseorang dari sifat nifak
Rosulullah Sholallahu Alaihi Wassalam bersabda :
مَنْ سَرَّهُ أنْ يَلْقَى اللَّهَ غَدًا مُسْلِمًا فَلْيُحَافِظْ عَلَى هَؤُلاءِ الصَّلَوَاتِ حَيْثُ يُنَادَى بِهِنَّ فَإنَّ اللَّهَ شَرَعَ لِنَبِيِّكُمْ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُنَنَ الْهُدَى وَإنَّهُنَّ مِنْ سُنَنِ الْهُدَى وَلَوْ أنَّكُمْ صَلَّيْتُمْ فِي بُيُوتِكُمْ كَمَا يُصَلِّي هَذَا الْمُتَخَلِّفُ فِي بَيْتِهِ لَتَرَكْتُمْ سُنَّةَ نَبِيِّكُمْ وَلَوْ تَرَكْتُمْ سُنَّةَ نَبِيِّكُمْ لَضَلَلْتُمْ وَمَا مِنْ رَجُلٍ يَتَطَهَّرُ فَيُحْسِنُ الطُّهُورَ ثُمَّ يَعْمِدُ إلَى مَسْجِدٍ مِنْ هَذِهِ الْمَسَاجِدِ إلاّ كَتَبَ اللَّهُ لَهُ بِكُلِّ خَطْوَةٍ يَخْطُوهَا حَسَنَةً وَيَرْفَعُهُ بِهَا دَرَجَةً وَيَحُطُّ عَنْهُ بِهَا سَيِّئَةً وَلَقَدْ رَأيْتُنَا وَمَا يَتَخَلَّفُ عَنْهَا إلاّ مُنَافِقٌ مَعْلُومُ النِّفَاقِ وَلَقَدْ كَانَ الرَّجُلُ يُؤْتَى بِهِ يُهَادَى بَيْنَ الرَّجُلَيْنِ حَتَّى يُقَامَ فِي الصَّفِّ
Artinya
Barangsiapa yang ingin bertemu dengan Allah kelak (dalam keadaan) sebagai seorang muslim, maka hendaklah dia memelihara shalat setiap kali ia mendengar panggilan shalat. Sesungguhnya Allah telah mensyariatkan sunnanal huda (jalan-jalan petunjuk) dan sesungguhnya shalat berjama`ah merupakan bagian dari sunnanil huda. Apabila kamu shalat sendirian di rumahmu seperti kebiasaan shalat yang dilakukan oleh seorang mukhallif (yang meninggalkan shalat berjama`ah) ini, berarti kamu telah meninggalkan sunnah nabimu, apabila kamu telah meninggalkan sunnah nabimu, berarti kamu telah tersesat. Tiada seorang pun yang bersuci (berwudhu`) dengan sebaik-baiknya, kemudian dia pergi menuju salah satu masjid melainkan Allah mencatat baginya untuk setiap langkah yang diayunkannya satu kebajikan dan diangkat derajatnya satu tingkat dan dihapuskan baginya satu dosa. Sesungguhnya kami berpendapat, tiada seorang pun yang meninggalkan shalat berjama`ah melainkan seorang munafik yang jelas-jelas nifak. Dan sesungguhnya pada masa dahulu ada seorang pria yang datang untuk shalat berjama`ah dengan dipapah oleh dua orang laki-laki sampai ia didirikan di dalam barisan shaff shalat berjama`ah.” (H.R. Muslim)
3. Mereka yang melakukan sholat secara berjama’ah akan terhindar dari gangguan syaitan
Hal ini sesuai dengan sabda Rosulullah Sholallahu Alaihi Wassalam :
مَا مِنْ ثَلَاثَةٍ فِي قَرْيَةٍ وَلَا بَدْوٍ لَا تُقَامُ فِيهِمْ الصَّلَاةُ إِلَّا قَدْ اسْتَحْوَذَ عَلَيْهِمْ الشَّيْطَانُ فَعَلَيْكَ بِالْجَمَاعَةِ فَإِنَّمَا يَأْكُلُ الذِّئْبُ الْقَاصِيَةَ
Artinya
Tidaklah tiga orang di suatu desa atau lembah yang tidak didirikan shalat berjamaah di lingkungan mereka, melainkan setan telah menguasai mereka. Karena itu tetaplah kalian (shalat) berjamaah, karena sesungguhnya srigala itu hanya akan menerkam kambing yang sendirian (jauh dari kawan-kawannya).” (HR. Abu Daud dan  An-Nasai)
4. Allah SWT akan menghapuskan kesalahan-kesalahan bagi mereka yang sholat berjama’ah serta akan meninggikan derajat mereka.
Rosulullah Sholallahu Alaihi Wasalam bersabda
Maukah aku tunjukkan kepada kalian tentang perkara yang akan menghapuskan kesalahan-kesalahan dan juga mengangkat beberapa derajat?” Para sahabat menjawab,”Tentu, wahai Rasulullah?” Beliau bersabda,”Menyempurnakan wudhu’ pada saat yang tidak disukai, banyak melangkah ke masjid-masjid, dan menunggu shalat setelah melaksanakan shalat. Maka, itulah ar-tibath (berjuang di jalan Allah).” (HR. Muslim)
5. Allah SWT menjanjikan surga bagi mereka yang sholat secara berjama’ah
Rosulullah Sholallahu Alaihi Wasalam bersabda
Ada tiga golongan yang semuanya dijamin oleh Allah Ta’ala, yaitu orang yang keluar untuk berperang di jalan Allah, maka ia dijamin oleh Allah hingga Dia mewafatkannya lalu memasukkannya ke dalam Surga atau mengembalikannya dengan membawa pahala dan ghanimah, kemudian orang yang pergi ke masjid, maka ia dijamin oleh Allah hingga Dia mewafatkannya lalau memasukkannya ke dalam Surga atau mengembalikannya dengan membawa pahala, dan orang yang masuk rumahnya dengan mengucapkan salam, maka ia dijamin oleh Allah.” (HR. Abu Dawud)
6. Bagi mereka yang melaksanakan sholat berjamaah di masjid merupakan tamu Allah SWT, dan Allah SWT akan selalu memuliakan tamu-tamu-Nya
Barangsiapa yang berwudhu’ di rumahnya dengan sempurna kemudian mendatangi masjid, maka ia adalah tamu Allah, dan siapa yang di kunjunginya wajib memuliakan tamunya.” (HR. ath Thabrani)
Di dalam Kiitab az Zuhd, Imam Ibnul Mubarak rahimahullah meriwayatkan dari ‘Amr bin Maimun, bahwasannya ia mengatakan, “Para sahabat Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam mengatakan,’Rumah Allah di bumi adalah masjid, dan Allah wajib memuliakan siapa yang mengunjungi-Nya di dalamnya”

7. Allah SWT akan menaunginya di hari kiamat kelak
Rosulullah Sholallahu Alaihi Wassalam pernah bersabda
Ada tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah di bawah naungan-Nya pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya: imam yang adil, pemuda yang tumbuh dalam beribadah kepada Rabb-nya, seseorang yang hatinya bergantung di masjid-masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah berkumpul dan berpisah karena-Nya, seseorang yang dinginkan (berzina) oleh wanita yang memiliki kedudukan dan kecantikan, maka ia mengatakan,’ Sesungguhnya aku takut kepada Allah’,seseorang yang bersadaqah dengan sembunyi-sembunyi sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang di nafkahkan oleh tangan kanannya, dan seseorang yang mengingat Allah dalam keadaan sepi (sendiri) lalu kedua matanya berlinang.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Demikianlah uraian singkat, semoga bermanfaat. Mudah-mudahan kita semua diberi kekuatan dan kesabaran dalam ketaatan padaNYA dan bisa kita laksanakan bersama keluarga. Aamiin yaa Rabbal 'Aalamiin. 

Komentar

Mulailah Dengan Bismillaahirrahmaanirrahiim

KIAI AS'AD, QASHIDAH ISTIGHATSAH DAN RASULULLAH

Jelang hari kelahiran Baginda Nabi, kebiasaan Kiai As'ad bin Syamsul Arifin yaitu mengumpulkan seluruh santri dan diberi wejangan, salah satu diantaranya ialah "Kalian membersihkan pondok dan mengecat kamar, jangan salah niat, niatkan menghormat RASULULLAH SAW". Dalam tahun 1988 diacara maulid yang dihadiri tiga Muballigh Kenamaan -KH.Syukron Makmun -KH.Abdul Mujib Ridlwan dan -KH.Zainuddin MZ.  Diawali dengan pembacaan Qashidah Istighatsah yg dipimpin langsung oleh Kiai As'ad. Begitu Ya Arhamarrohimin dibacakan, tiba-tiba suaranya meninggi dan menjeritkan kata "RASULULLAH RABU (HADIR)" . Kontan saja semua hadirin, histeris. TANBAHAN: Kisah ini dari berbagai sumber: sejumlah santri konah (lawas) *Semoga Allah selalu memuliakan Ulama serta perawi diatas dan kita bisa meneguk hikmah dari kisah ini.

Prof. Dr. Quraish Shihab Merasa Belum Layak Dipanggil "Habib"

Secara harfiah, habib berarti “orang yang mencintai”. Meski demikian, menjadi habib tidak sesederhana arti harfiahnya. “Pengertiannya bukan hanya orang yang mencintai, tapi termasuk orang yang dicintai, Al-Mahbub,” kata Habib Ahmad Muhammad bin Alatas, Ketua Maktab Nasab Rabithah Alawiyah --organisasi pencatat silsilah habib di Indonesia. Tak sembarang orang bisa jadi habib. Ini bukan gelar yang datang dari langit atau panggilan biasa. Habib ialah gelar yang disematkan kepada orang-orang yang punya pertalian darah, yang memiliki garis keturunan, dengan Nabi Muhammad. Bahkan tak cuma itu. Menjadi habib bukan perkara mudah. Ada kriteria dan mekanisme yang harus dipenuhi. Mereka mesti menyerahkan daftar silsilah turunan Rasul hingga tujuh tangga keluarga ke atas. Berbagai syarat administrasi pun wajib dipenuhi. Semua itu diatur oleh Rabithah Alawiyah. Habib, di kalangan Arab-Indonesia, lebih menjadi titel kebangsawanan orang-orang Timur Tengah kerabat Nabi Muhammad SAW --d

Mulailah Dengan Bismillaahirrahmaanirrahiim

Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Penyayang . Indera pengucap membacanya dan hati menghadirkan rasa diKasihi diSayangi, sehingga diri, benar-benar merasakan belaian Kasih SayangNya. Waktu kita hendak tidur bacalah Bismillahirrahmanirrahim dan bawalah hati ini larut dalam rasa bahwa Allah sejak seharian kita beraktifitas sampai detik tidur menjelang, IA-lah yang senantiasa menjaga kita hingga mata ini terpejam menyelam dalam mimpi-mimpi malam dan setibanya waktu terjaga, rasakanlah kembali dalam syukur atas nikmat tidur dan lagi-lagi Allah-lah yang telah menghidup bangunkan kita kembali dari kematian sesaat. Kemudian Saatnya waktu makan minum, bacalah Bismillahirrahmanirrahim lalu ajaklah hatimu untuk merasakan betapa dahsyat hebatnya sifat Rahman Rahim Allah yang tetap mempercayakan sekian titipanNya berupa mata masih bisa jelas melihat hidangan, indera pencium masih aktif mendeteksi aroma, tangan juga mampu menggenggam, mengangkat terus menghantar makananminum

Menjaga Lisan Dari 8 Perkara Oleh Imam Al Ghazali

Dalam karyanya, "Bidayatul Hidayah" ketika seseorang bermaksiat sesungguhnya ia telah melakukan maksiat dengan anggota badannya, padahal anggota badan merupakan nikmat dan karunia besar Allah. Terkait lidah, ia diciptakan agar dengannya kita bisa banyak berzikir kepada Allah Swt, membaca kitab suci-Nya, memberi petunjuk kepada manusia. Lidah merupakan anggota badan yang paling dominan. Imam Al-Ghazali rahimahullah berpesan untuk memelihara lidah agar kita tidak terjerumus ke dalam neraka. Maka, peliharalah lidahmu dari 8 perkara ini: 1. Berdusta. Jagalah lidahmu agar jangan sampai berdusta baik dalam keadaan serius maupun bercanda. Jangan biasakan dirimu berdusta dalam canda karena hal itu akan mendorongmu untuk berdusta dalam hal yang bersifat serius. Berdusta termasuk induk dosa-dosa besar. 2. Mengingkari Janji. Jangan menjanjikan sesuatu tapi kemudian tidak menepatinya. Hendaknya engkau berbuat baik kepada manusia dalam bentuk tingkah laku, bukan dalam bentuk pe

Rasulullah Lupa Bilangan Raka'at

Ilustrasi Benar adanya bahwa Rasulullah juga pernah lupa. Cerita ini berawal   ketika Rasulullah menjalankan shalat Isya bersama para sahabatnya di Masjid Nabawi. Beliau bertindak sebagai imam. Ketika semuanya sudah siap, Rasulullah memulai shalat dengan takbiratul ihramdan mengakhirinya dengan salam. Setelah shalat, Rasulullah berdiam diri di dalam masjid. Hingga saat ini, beliau belum menyadari kalau rakaat shalatnya kurang. Para sahabat yang menjadi makmumnya menjadi bingung. Mengapa Rasulullah shalat Isya dua rakaat? Padahal status mereka tidak musafir. Mereka menjadi menerka-nerka; apakah Rasulullah lupa atau memang ada wahyu yang baru turun dan merevisi jumlah shalat Isya menjadi dua rakaat? Di tengah kebingungan dan kebimbangan para sahabat itu, seorang sahabat yang dijuluki Dzul Yadain –karena tangannya berukuran panjang- mendatangi Rasulullah. Dia lalu bertanya kepada Rasulullah perihal shalat Isya yang dua rakaat itu. “Wahai Rasulullah, apakah engkau tadi memang

ABDUL AZIZ AKAN SEGERA MEREVISI DISERTASINYA YANG KONTROVERSIAL

Abdul Aziz, Mahasiswa S3 UIN Sunan Kalijaga, yang membuat disertasi berjudul “Konsep Milk Al Yamin Muhammad Syahrur Sebagai Keabsahan Hubungan Seksual Non-Marital” akhirnya angkat bicara. Ia meminta maaf kepada publik atas disertasinya yang kontroversial tersebut. Abdul Aziz berjanji akan mengikuti prosedur kampus selanjutnya, termasuk merevisi tulisannya sesuai rekomendasi dari para penguji. “Saya akan merevisi disertasi tersebut, berdasarkan kritik dan saran dari para promotor dan penguji dalam ujian terbuka, termasuk mengubah judul disertasi ini. Perubahan yang akan saya lakukan ada pada judul menjadi ‘problematika konsep Milk al Yamin dalam pemikiran Muhammad Syahrur’ dan menghilangkan beberapa bagian yang kontroversial di dalam disertasi,” katanya saat konferensi pers di UIN Sunan Kalijaga, Selasa (3/9) disertasi mahasiswa S3 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Abdul Aziz, menjadi buah bibir di kalangan para pemikir dan aktivis Islam. Banyak pertanyaan menyusul diloloskannya k

JELANG MOMENTUM KEMERDEKAAN (2)

Di usia yang ke 72 tahun, Indonesia sudah layak - menjadi Negara bangsa (nation state) – setara dengan Negara-negara besar lainnya. Dengan potensi alam dan hutan gemah-geripah loh jinawi beserta kayanya flora, dengan potensi laut berikut sungai yang membentang luas beranugerah fauna dan terumbu karang. Belum lagi anugerah potensi anak-anak bangsa yang Adagium “Bangsa yang besar ialah bangsa yang menghargai jasa-jasa para pahlawannya.” Ungkapan diatas akan selalu relevan terutamakali bila kita membuka kembali lembaran sejarah dari sekian perjalanan bangsa ini. Tentu saja kita masih ingat dari apa yang telah kita pelajari melalui sekolah ataupun kesaksian para pelaku sejarah mengenai pengorbanan yang sudah pahlawan berikan. Tak tanggung-tanggung raga, bahkan jiwa sekalipun, dengan lapang dada mereka persembahkan demi terwujudnya Negara dan Bangsa yang merdeka. Suatu bangsa yang   sama sekali menjauh dari mental inlander . Suatu bangsa yang tidak menengadah melainkan hanya kepad

JELANG MOMENTUM PERAYAAN KEMERDEKAAN (1)

“BANGSA YANG BESAR IALAH BANGSA YANG MENGHARGAI JASA-JASA PARA PAHLAWANNYA.” Ungkapan diatas akan selalu relevan terutamakali bila kita membuka kembali lembaran sejarah dari sekian perjalanan bangsa ini. Tentu saja kita masih ingat dari apa yang telah kita pelajari melalui sekolah ataupun kesaksian para pelaku sejarah mengenai pengorbanan yang sudah pahlawan berikan. Tak tanggung-tanggung raga, bahkan jiwa sekalipun, dengan lapang dada mereka persembahkan demi terwujudnya Negara dan Bangsa yang merdeka. Suatu bangsa yang   sama sekali menjauh dari mental inlander . Suatu bangsa yang tidak menengadah melainkan hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kemudian zaman terus berpola, bergerak dan kian berubah. Di era masyarakat milenial, kita yang hidup di zaman now, tentulah mengalami peristiwa yang berbeda dengan saat-saat perjuangan kala itu. Bila perlawanan tempo dulu mengangkat senjata. Maka tugas kita adalah mengisi kemerdekaan yang ke 72 ini dengan meninggalkan seluruh aktifitas ya